Agen pulsa murah http://www.rajapulsaelektrik.net/p/cara-daftar-agen-pulsa.html/

SEJARAH DAN MITOS JANDI NGETOS DI NGANJUK JAWA TIMUR


Nah sebelum anda membaca artikel di bawah ini kami juga akan meberikan info sedikit cara menambah penghasilan anda ataupun anda mau membuka usaha membuka konter jualan pulsa maupun loket pembyaran ppob online,bagi yamg berminat silahkan klik link website resmi di bawah ini yang telah lama di bidang delaer maupun disributor pulsa via online di seluruh wilayah indonesia.perlu anda ketahui pendaftaran untuk membuka usaha jualan pulsa gratis cukup modal sms saja kok.. 
info dari nganjuk jawa timur 
INFO LEBIH LANJUT KLIK DI BAWAH INI...

LAYANAN DISTRIBUTOR AGEN PULSA ONLINE TERMURAH DAN TERPERCAYA

Permata Pulsa Elektrik

Pulsa Pedia

CV Jelita Reload

Cv Permata PuLsa Elektrik

Jelita Reload Pulsa

Morena Pulsa 2018

INFO LEBIH LANJUT BISA TANYA
 VIA WA  MAS ROKHIM 085708063894
Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad XV (kelimabelas) yaitu pada zaman kerajaan (Majapahit). Dan menurut perkiraan, candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang, sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.

Berdasarkan arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu, dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan agama yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), namun bentuk keduanya sama. N.J. Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok yang berbentuk bulat cincin.

Bangunan utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang candi (9,1 m)
Tinggi Badan (5,43 m)
Tinggi keseluruhan (10 m)
Saubasemen (3,25 m)
Besar Tangga Luar (3,75 m)
Lebar Pintu Masuk (0,65 m)
Tinggi Undakan menuju Ruang Candi (2,47 m)
Ruang Dalam (2,4 m).

Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng, terbagi dalam jendela-jendela kecil berhiaskan belah ketupat, tepinya tidak rata, atau menyerupai bentuk banji. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedankan tepi bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.
Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih saksama, ternyata suatu bentuk spiral besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan horisaontal, melingkari tubuh candi bagian atas.
Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada Zaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.

Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaa, bahwa di dalam candi ini terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah mengatakan, bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu, yang kemudian disimpan di Kediri. Sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat di Simping, Sumberjati yang berciri Wisnu.
Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di situ karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya diserahkan pada pamannya raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo, yang kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwotoo. Raja ini mempunyai seorang patih bernama Raden Bagus Condrogeni, yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km.
Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi Raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.


Candi Ngetos dan Mitos Negeri Ngatas Angin

Candi Ngetos. Barangkali candi ini sudah begitu populer bagi kalayak Nganjuk dan sekitarnya. Candi Ngetos merupakan sebuah candi penting dari era Majapahit yang terletak di kawasan Kabupaten Nganjuk. Candi Ngetos terletak di lereng utara Gunung Wilis dan secara administratif berada di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos. Setelah sekian lama mendengar mengenai ketenaran candi ini, akhirnya pada perjalanan kali ini DTrav berkesempatan untuk menyambanginya. Oke.. sebelum bercerita lebih jauh, terlebih dahulu akan kami ceritakan kronologi perjalanan ini. πŸ˜€
 Hasil gambar untuk gambar candi ngetos
Seperti biasanya, perjalanan kami selalu diawali dari Blitar. Perjalanan dari Blitar ke Candi Ngetos di Nganjuk lumayan jauh. Jika ditarik garis lurus saja, jaraknya sudah hampir 60 km, itu belum jarak real yang harus kami tempuh lho.. Okelah kami berangkat pagi biar gak kesiangan sampai di tujuan. Mengawali perjalanan pada pukul 09.00 WIB, kami estimasikan sampai di tujuan pada pukul 11.00 WIB. Syukurlah berkat kondisi jalan yang sudah aspal mulus, akhirnya kami bisa sampai di tujuan lebih awal.
Rute yang kami lalui adalah rute standar untuk menuju Nganjuk, rute ini sangat mudah diikuti. Berikut rincian rute dari Blitar menuju Candi Ngetos: Blitar – Srengat – Kediri – Pace (Nganjuk) – Berbek – Ngetos. Poin penting rute ini adalah pada pertigaan Kantor Camat Pace, dari pertigaan tersebut rute yang tercepat berada pada percabangan sebelah kiri. Dengan menyusuri rute tersebut kami sampai di Berbek. Dari Berbek kami melanjutkan perjalanan ke arah Sedudo, tapi tidak sampai jauh kami sudah menjumpai plang menuju Candi Ngetos. Dengan mengikuti petunjuk dari plang tersebut akhirnya kami sampai di Candi Ngetos.
Candi Ngetos
Tidak perlu terlalu mblusuk untuk mencari candi ini, karana lokasinya berada dipinggir jalan. Candinya gede, merah pula. Pokoknya mencolok banget. Hehehe πŸ˜€ Sayangnya area candinya sempit, sehingga agak sulit untuk mendapatkan angle yang pas buat foto. Hem.. ndak apa deh, difoto sebisanya.
Candi Ngetos merupakan candi langgam Jawa Timur dengan ciri-ciri sebagai berikut: bentuk bangunannya ramping, tersusun dari batu bata, dan insyaAllah menghadap ke barat (maaf kemarin gak bawa kompas, jadi cuma perkiraan). Kondisi candi ini sudah rusak, bentuk tubuh candi yang bisa terlihat sekarang sebagian merupakan hasil pemugaran, bisa dilihat banyak tambalan semen baru di sana-sini. Atap candi ini juga sudah hilang, sehingga bentuk asli candinya belum bisa diketahui. Kerusakan-kerusakan ini sebenarnya wajar, mengingat bahan penyusun candi ini adalah bata, sehingga rentan mengalami kerusakan.
Latar sejarah mengenai Candi Ngetos belum banyak diketahui. Berdasarkan mitos yang berkembang, candi ini dipercaya sebagai tempat pendharmaan Hayam Wuruk, raja terbesar Majapahit yang bergelar Rajasa Negara. Yang mendirikan candi ini adalah paman Hayam Wuruk, yakni Raja Ngabei Siloparwoto dengan patihnya bernama Raden Bagus Condrogeni/ Condromowo dari kerajaan vassal Majapahit yang bernama Ngatas Angin (sekarang di sekitar Nganjuk). Candi ini didirikan di lereng Gunung Wilis yang merupakan salah satu gunung suci di tanah Jawa. Pendirian candi yang terletak di lereng gunung dimaksudkan agar bangunan suci berada lebih dekat dengan kediaman para dewa. Karena menurut kepercayaan pada masa silam, puncak gunung merupakan kediaman para dewa.
Kisah yang kami sampaikan di atas memang sebatas mitos, namun ada yang menarik dari mitos tersebut, yakni adanya peranan tokoh Raden Condromowo. Dalam mitos yang lain dikisahkan Condromowo dari Ngatas Angin merupakan saudara dari Prabu Kelono Jati Kusumo dari Kerajaan Bantar Angin (kerajaan vassal Majapahit di Lodoyo Blitar). Wah-wah berdasarkan mitos ini ternyata Blitar dan Nganjuk adalah bersaudara. Hehehe.. rasanya jadi gimana gitu.. Perjalanan kami ke Candi Ngetos jadi serasa mengunjungi saudara sendiri.
Mitos Ngatas Angin ini sepertinya memang sudah lekat dengan Nganjuk, dimana kabupaten ini juga sering disebut kota angin. Entah berkaitan atau tidak tapi ini memang keren.
Setalah merasa cukup akhrinya kami putuskan untuk menyudahai perjalanan ini. Kami pun pulang dengan rute yang sama seperti saat kami berangkat tadi. Ketika melintasi Berbek kami bermaksud untuk Shalat Dzuhur, kebetulan ada Masjid, kami mampir deh. Ndak nyangka kami dapat BONUS perjalanan di sini. πŸ˜€

Masjid Al Mubaarok Berbek
Pada plang Masjid yang kami jumpai, tertulis keterangan yang berbunyi makam Pangeran Njimat. Wah.. Sepertinya Masjid ini bukan Masjid biasa. Okelah kita mampir. πŸ˜€
 Hasil gambar untuk gambar masjid berbek
Dugaan kami benar. Setalah masuk ke pelataran Masjid kami menjumpai sebuah yoni. Wow keren.. ternyata ini adalah Masjid kuno yang menyimpan bukti akulturasi Islam Hindu. Keberadaan yoni pada Masjid ini tetap terpelihara dan dimanfaatkan sebagai jam matahari untuk menentukan waktu Shalat. Wah jadi kagum nih, ternyata di era modern ini masih ada sisa-sisa bukti awal penyebaran Islam yang pluralis di Jawa.
Hasil gambar untuk gambar masjid berbek
Sebenarnya di belakang Masjid masih dapat dijumpai beberapa benda cagar budaya, tapi kami agak sungkan mau blusukan ke dalam, mengingat ini adalah tempat Ibadah.
Setelah melewati tengah hari di Masjid ini, akhirnya kami putuskan untuk segera bertolak ke Blitar. Perjalanan kali ini benar-benar memuaskan hati, selain kami dapat mengetahui Candi Ngetos dan mitos Ngantas Angin-nya, kami juga dapat bonus di Masjid Al Mubaarok. Akhrinya kami tutup perjalanan ini dengan rasa puas. πŸ˜€

Subscribe to receive free email updates: